Kamis, 08 Maret 2012

Minyak Nilam Penyumbang Devisa Di antara Minyak Atsiri, dan Potensi Pengembangannya di Tapanuli Bagian Selatan


Oleh: Mahmulsyah Daulay


Pada era  tahun 70-an  tanaman nilam pernah  booming  di wilayah Tapanuli Selatan. Jika kita melakukan perjalanan saat itu,  mulai dari daerah Kota Nopan, Panyabungan, Sayurmatinggi, Batang Angkola, sampai pada  desa-desa yang terdapat di kaki Bukit Barisan hingga perbatasan dengan Riau, akan mudah menyaksikan daun-daun nilam yang sedang di jemur di halaman rumah penduduk hingga ke penggir jalan.  Kemudian di beberapa desa diterlihat “sopo-sopo” tempat penyulingan minyak nilam yang terbuat dari beberapa drum dengan teknologi yang sederhana. Secara teknis, masyarakat saat itu tidak begitu kesulitan untuk mamahami bagaimana cara bercocok tanam dan proses penyulingan tanaman Nilam.  Penulis masih ingat saat itu,  bahwa, untuk mendapatkan bibit nilam sungguh sederhana.  Saling berbagai dengan tetangga, kerabat (hombar balok).  Petani yang lebih dulu menanam, menjadi sumber bibit bagi petani yang akan menanam kemudian. Hasil bertanam nilam yang ditandai peningkatan pendapatan,   sempat dinikmati oleh masyarakat Tapanuli Bagian Selatan pada era tersebut.





Tabel 1. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003- 2006
Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
2003
          16.354,00
               2.382,00
                           199.38
2004
          20.179,00
               1.712,00
                           103.42
2005
          20.455,00
               1.537,00
                           103.11
2006
          22.498,00
               1.758,00
                           107.23
Sumber : Kementerian Pertanian RI, 2003-2006  dalam Listy    Fatimah Siregar











Berdasarkan Tabel-1 di atas dapat dilihat bahwa ada kecenderungan produktivitas nilam Indonesia cenderung turun walaupun dari sisi luas areal sedikit meningkat.  Bahkan dua tahun terkhir ini produksi komoditas ini malah cenderung lebih rendah di banding sebelumnya, sementara permintaan dunia akan minyak nilam malah semakin meningkat.
Dari sisi potensi pasar, saat ini dunia membutuhkan 1.200 hingga 1.500 ton ton minyak nilam setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun. Kisaran harga di pasaran lokal antara 250.000 – 500.000 rupiah per kilogram.  Dari sisi produksi, Indonesia pada tahun 2011 menghasilkan minyak nilam sebanyak 800 ton, sementara tahun 2010 mampu memproduksi hingga 1.000 ton. Dibanding tahun sebelumnyat terjadi penurunan sebesar 200 ton.  Suatu jumlah penurunan yang tidak sedikit.
Dengan demikian terjadi  gap antara produksi dengan permintaan pasar dunia .  Mengingat Indonesia merupakan pemasok 80 % nilam  dunia, maka hal ini merupakan suatu  peluang yang mesti dimanfaatkan.  Beberapa tahun lalu Tapanuli Selatan  pernah mengisi kesempatan tersebut.  Bagaimana dengan sekarang..?  

Produksi nilam di Tapanuli Selatan saat ini sangat minim, hanya sekitar 97,25 liter per tahun.  Jumlah ini  di peroleh dari tanaman nilam seluas 52 hektar yang ada di berbagai wilayah di Tapanuli Selatan. Sebagian besar terkonsentrasi di Batang Angkola 10 hektar,  Sayurmatinggi 12 Ha dan Siapar Dolok Hole 15 hektar.

Namun, optimisme  terhadap komoditi  ini kembali muncul.  Pada tahun 2009  di Kabupaten Mandailing Natal   ada investor yang telah menanamkan modal dalam rangka usaha  pengembangan tanaman Nilam.  Tentunya pendirian pabrik penyulingan nilam di Kab. Mandailing Natal telah mempertimbangkan berbagai aspek.  Baik aspek, teknis,  aspek pasar, aspek sosial masyarakat sekitar.  Di samping pembangunan pabrik penyulingan, perusahaan ini juga mempersiapkan lahan sebagai bagian dari proses  penyiapan dan kepastian ketersediaan bahan baku seluas kurang lebih 50 hektar.  Saat yang sama, perusahaan ini juga memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk dapat memasok bahan baku pabrik yaitu tanaman nilam  Tentunya efek lanjutan dari pendirian pabrik di Mandailing natal ini akan lebih luas terhadap bebagai sisi kehidupan, misalnya; penyerapan tenaga kerja, kegiatan ekonomi masyarakat sekitar pabrik tumbuh.

Sama halnya dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, khususnya di Kecamatan Padang Bolak, desa Sihapas-hapas.  Paling sedikit terdapat 70 hektar tanaman nilam saat ini yang diusahakan oleh masyarakat  di desa ini. Sementara berdasarkan data, luas tanaman nilam di Sumut mencapai 1.875,4 hektar dengan total produksi 179,66 ton.

   

Tabel-2. Struktur Penggunaan Lahan  di
Kab. Mandailing Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara,
Kab. Padang Lawas dan Kota Padang Sidempuan
Kabupaten/Kota
Luas Wilayah
Lahan pertanian
Non Pertanian
Sawah berpengairan:
Bukan Sawah

Teknis
Non teknis
Lainnya
Kab. Mandailing Natal
546,311
6,540
20,358
13,942
492,849
12,622
Kab. Tapanuli Selatan
391,835
3,921
14,050
4,083
366,760
3,021
Kab. P. Lawas Utara
375,995
2,359
7,555
7,121
325,297
33,663
Kab. Padang Lawas
415,645
1,828
6,962
4,817
361,319
40,719
Kota Padang Sidempuan
15,171
1,592
1,616
579
8,357
3,027
Jumlah
1,744,957
16,240
50,541
30,542
1,554,582
93,052
Sumber : Diolah dari Podes (BPS) 2008


















Jika mengacu pada struktur pengelolaan lahan yang terdapat  di kabupetan/kota maka  diketahui bahwa potensi lahan yang dapat  dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman nilam masih tersedia luas. Pada Tabel-2 dapat dilihat bahwa terdapat 1,5 juta hektar luas lahan bukan sawah yang dapat di optimalkan.  Bila saja 30 % dari luas tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan komoditi nilam, maka tersedia  lahan seluas 450 ribu hektar.  Kalau saja dalam satu hektar menghasilkan 100 kg, maka pertahun diperoleh 45 ribu ton nilam kering. Jika 100 kg nilam kering menghasilkan 1.4 kg minyak nilam maka dari luasan tersebut,  Tapanuli Bagian Selatan menghasilkan minyak nilam kurang lebih 630 ton dalam setahun.  Suatu angka yang sangat menjanjikan.

***

Tanaman Nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak Nilam dipergunakan oleh industry farfum, sabun serta bahan kosmetik.  Tanaman ini, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia serta merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%.  Sentra produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya. Minyak nilam Indonesia diekspor ke beberapa negara seperti : Singapura, India, Amerika Serikat , Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan Spanyol.

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus.  Syarat topografi klimatologi tersebut di atas masih dapat dipenuhi oleh sebagian besar daerah Tapanuli Bagaian Selatan.  



Silahkan Kunjungi :
Kebun nilam Indonesia
Waspada on line
Medan bisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar