Oleh: Mahmulsyah Daulay
Pada era tahun
70-an tanaman nilam pernah booming di wilayah Tapanuli Selatan. Jika kita
melakukan perjalanan saat itu, mulai
dari daerah Kota Nopan, Panyabungan, Sayurmatinggi, Batang Angkola, sampai
pada desa-desa yang terdapat di kaki
Bukit Barisan hingga perbatasan dengan Riau, akan mudah menyaksikan daun-daun
nilam yang sedang di jemur di halaman rumah penduduk hingga ke penggir
jalan. Kemudian di beberapa desa
diterlihat “sopo-sopo” tempat penyulingan minyak nilam yang terbuat dari beberapa
drum dengan teknologi yang sederhana. Secara teknis, masyarakat saat itu tidak
begitu kesulitan untuk mamahami bagaimana cara bercocok tanam dan proses
penyulingan tanaman Nilam. Penulis masih
ingat saat itu, bahwa, untuk mendapatkan
bibit nilam sungguh sederhana. Saling
berbagai dengan tetangga, kerabat (hombar balok). Petani yang lebih dulu menanam, menjadi
sumber bibit bagi petani yang akan menanam kemudian. Hasil bertanam nilam yang
ditandai peningkatan pendapatan, sempat
dinikmati oleh masyarakat Tapanuli Bagian Selatan pada era tersebut.
Tabel 1. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun
2003- 2006
|
|||
Tahun
|
Luas Areal (Ha)
|
Produksi (Ton)
|
Produktivitas (Kg/Ha)
|
2003
|
16.354,00
|
2.382,00
|
199.38
|
2004
|
20.179,00
|
1.712,00
|
103.42
|
2005
|
20.455,00
|
1.537,00
|
103.11
|
2006
|
22.498,00
|
1.758,00
|
107.23
|
Sumber
: Kementerian Pertanian RI, 2003-2006
dalam Listy Fatimah Siregar
|
Berdasarkan
Tabel-1 di atas dapat dilihat bahwa ada kecenderungan produktivitas nilam
Indonesia cenderung turun walaupun dari sisi luas areal sedikit meningkat. Bahkan dua tahun terkhir ini produksi
komoditas ini malah cenderung lebih rendah di banding sebelumnya, sementara
permintaan dunia akan minyak nilam malah semakin meningkat.
Dari
sisi potensi pasar, saat ini dunia membutuhkan 1.200 hingga 1.500 ton ton
minyak nilam setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara
produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.
Kisaran harga di pasaran lokal antara 250.000 – 500.000 rupiah per
kilogram. Dari sisi produksi, Indonesia
pada tahun 2011 menghasilkan minyak nilam sebanyak 800 ton, sementara tahun
2010 mampu memproduksi hingga 1.000 ton. Dibanding tahun sebelumnyat terjadi
penurunan sebesar 200 ton. Suatu jumlah
penurunan yang tidak sedikit.
Dengan demikian terjadi gap antara produksi dengan permintaan pasar
dunia . Mengingat Indonesia merupakan
pemasok 80 % nilam dunia, maka hal ini
merupakan suatu peluang yang mesti
dimanfaatkan. Beberapa tahun lalu Tapanuli
Selatan pernah mengisi kesempatan
tersebut. Bagaimana dengan sekarang..?
Produksi nilam di Tapanuli
Selatan saat ini sangat minim, hanya sekitar 97,25 liter per tahun. Jumlah ini
di peroleh dari tanaman nilam seluas 52 hektar yang ada di berbagai
wilayah di Tapanuli Selatan. Sebagian besar terkonsentrasi di Batang Angkola 10
hektar, Sayurmatinggi 12 Ha dan Siapar
Dolok Hole 15 hektar.
Namun, optimisme terhadap komoditi ini kembali muncul. Pada tahun 2009 di Kabupaten Mandailing Natal ada
investor yang telah menanamkan modal dalam rangka usaha pengembangan tanaman Nilam. Tentunya pendirian pabrik penyulingan nilam
di Kab. Mandailing Natal telah mempertimbangkan berbagai aspek. Baik aspek, teknis, aspek pasar, aspek sosial masyarakat
sekitar. Di samping pembangunan pabrik
penyulingan, perusahaan ini juga mempersiapkan lahan sebagai bagian dari proses penyiapan dan kepastian ketersediaan bahan
baku seluas kurang lebih 50 hektar. Saat
yang sama, perusahaan ini juga memberikan peluang kepada masyarakat sekitar
untuk dapat memasok bahan baku pabrik yaitu tanaman nilam Tentunya efek lanjutan dari pendirian pabrik
di Mandailing natal ini akan lebih luas terhadap bebagai sisi kehidupan,
misalnya; penyerapan tenaga kerja, kegiatan ekonomi masyarakat sekitar pabrik
tumbuh.
Sama halnya dengan Kabupaten
Padang Lawas Utara, khususnya di Kecamatan Padang Bolak, desa
Sihapas-hapas. Paling sedikit terdapat
70 hektar tanaman nilam saat ini yang diusahakan oleh masyarakat di desa ini. Sementara berdasarkan data, luas tanaman nilam di Sumut mencapai
1.875,4 hektar dengan total produksi 179,66 ton.
Tabel-2. Struktur
Penggunaan Lahan di
|
||||||
Kab. Mandailing Natal,
Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara,
|
||||||
Kab. Padang Lawas dan
Kota Padang Sidempuan
|
||||||
Kabupaten/Kota
|
Luas Wilayah
|
Lahan pertanian
|
Non Pertanian
|
|||
Sawah berpengairan:
|
Bukan Sawah
|
|||||
Teknis
|
Non teknis
|
Lainnya
|
||||
Kab. Mandailing Natal
|
546,311
|
6,540
|
20,358
|
13,942
|
492,849
|
12,622
|
Kab. Tapanuli Selatan
|
391,835
|
3,921
|
14,050
|
4,083
|
366,760
|
3,021
|
Kab. P. Lawas Utara
|
375,995
|
2,359
|
7,555
|
7,121
|
325,297
|
33,663
|
Kab. Padang Lawas
|
415,645
|
1,828
|
6,962
|
4,817
|
361,319
|
40,719
|
Kota Padang Sidempuan
|
15,171
|
1,592
|
1,616
|
579
|
8,357
|
3,027
|
Jumlah
|
1,744,957
|
16,240
|
50,541
|
30,542
|
1,554,582
|
93,052
|
Sumber : Diolah dari Podes (BPS) 2008
|
Jika mengacu pada struktur
pengelolaan lahan yang terdapat di
kabupetan/kota maka diketahui bahwa
potensi lahan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan tanaman nilam masih tersedia luas. Pada Tabel-2 dapat dilihat bahwa terdapat 1,5
juta hektar luas lahan bukan sawah yang dapat di optimalkan. Bila saja 30 % dari luas tersebut
dimanfaatkan untuk mengembangkan komoditi nilam, maka tersedia lahan seluas 450 ribu hektar. Kalau saja dalam satu hektar menghasilkan 100
kg, maka pertahun diperoleh 45 ribu ton nilam kering. Jika 100 kg nilam kering
menghasilkan 1.4 kg minyak nilam maka dari luasan tersebut, Tapanuli Bagian Selatan menghasilkan minyak
nilam kurang lebih 630 ton dalam setahun.
Suatu angka yang sangat menjanjikan.
***
Tanaman Nilam adalah tanaman
penghasil minyak atsiri. Minyak Nilam dipergunakan oleh industry farfum, sabun
serta bahan kosmetik. Tanaman ini,
menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia
serta merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan
kontribusi 90%. Sentra produksi nilam
terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh
Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan daerah lainnya. Minyak nilam Indonesia diekspor ke beberapa
negara seperti : Singapura,
India, Amerika Serikat , Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan Spanyol.
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi
dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500 mm/th dan
merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas
penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus. Syarat topografi klimatologi tersebut di atas
masih dapat dipenuhi oleh sebagian besar daerah Tapanuli Bagaian Selatan.
Silahkan Kunjungi :
Kebun nilam Indonesia
Waspada on line
Medan bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar