Rabu, 29 Februari 2012

Susunan Kabinet Pemerintahan Tradisionil (Huta), dan Dinamika Tranformasi Pemerintahan Di Tapanuli Bagian Selatan

Pada dasarnya sistem ke administrasian masyarakat di Tapanuli Selatan telah terbentuk jauh sebelum Belanda memperkenalkan bentuk ke administrasiannya. Pemerintahan tradisional Tapanuli Selatan yang berdasar pada Dalihan Na Tolu memiliki kurang lebih 25 fungsionaris. Masing-masing fungsionaris memiliki hak dan kewajiban. Para fungsionaris menjalankan tugas secara kolegial sesuai dengan aturan yang telah digariskan bersama dalam rapat-rapat adat di bawah pimpinan Raja Panusunan. Gambaran singkat tentang fungsi dan jabatan tersebut, dapat dilihat seperti Tabel-1 di bawah ini.


Tabel-1 Fungsi dan Jabatan Pemerintahan Tradisionil (huta)

No
Nama Jabatan
Fungsi
1
Raja Panusunan Bulung
Sebagai Kepala adat dan Kepala Pemerintahan
2
Imbang Raja
Wakil Raja Panusunan Bulung
3
Jombeng Raja
Sepadan denganjabatan Mangkubumi di Jawa
4
Pangkalbiri
Sebagai Sekretaris
5
Mutia Raja
Sebagai Bendahara
6
Suhut Raja
Sebagai Juru Bicara
7
Martua raja
Sebagai Panglima Perang
8
Orang Kaya Bayo-bayo
Sebagai penanggujawab urusan Generasi muda
9
Malim Maulan
Sebagai Datu Pangubati
10
Manjuang Kato
Sebagai Wartawan
11
Tungkot Raja
Sebagai Ajudan
12
Goruk-goruk Hapinis
Sebagai Penjaga dan Pemelihara Ketertiban
13
Imbang Lelo
Sebagai Penasihat
14
Barita Raja
Sebagai Intelijen, Penyiasat
15
Tongku Imom
Sebagai penanggujawab urusan Keagamaan
16
Panto Raja
Sebagai Ahli Sejarah dan Sastra
17
Sialang Raja
Sebagai Jaksa
18
Khotib Maraja
Sebagai Juru Penerang
19
Manyusun Dagang
Sebagai Pengawas dan Pembina Penduduk Pendatang
20
Gading Raja
Sebagai Penanggung jawab Urusan Luar Kampung
21
Gading Na Poso
Sebagai wakil dari Gading raja
22
Paima Raja
Sebagai Perunding/Ketua delegasi
23
Mangkampi Raja
Sebagai Hakim Ketua
24
Kahanggi ni Raja
Sebagai Pengawas Ripe-ripe
25
Satia Raja
Termasuk dalam golongan Hulubalang


Kamis, 23 Februari 2012

Industri Bahan Logam di Tapanuli Bagian Selatan: Peranan Pandai Besi Desa Sipange Kecamatan Sayur Matinggi


Industri bahan logam di Tapanuli Bagian Selatan hanya terdapat di beberapa tempat (Tabel-1). Dari total 130 unit industri bahan logam yang ada sebanyak 93 unit berada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jika diperhatikan secara spesifik, 70 unit diantaranya terkonsentrasi di  Desa Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi. Ini menunjukkan bahwa Sipange merupakan sentra industri bahan logam terpenting di Tapanuli Bagian Selatan. [Lihat juga: "Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga di Tapanuli Bagian Selatan: Dahulukan Modal atau Pasar?"]

Desa Sipange sendiri bearada di jalur lintas Sumatera, antara Kota Padang Sidempuan dan Panyabungan. Sebagai sentra industri bahan logam, keutamaan Sipange adalah  bahwa sebanyak 75 persen masyarakatnya menggeluti usaha kerajinan pandai besi untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari. Teknik pengolahan  yang ada umumnya masih bersifat tradisional. Jenis peralatan yang selama ini di produksi antara lain: parang (lading), arit (sasabi), tajak, kored (tajak baletong), cangkul (pakkur), garpu  dan lain sebagainya.  

Usaha Gula Aren di Tapanuli Bagian Selatan: Perlu Pembinaan yang Intensif untuk Memenuhi Kebutuhan Gula Aren Domestik dan Ekspor


Oleh Ir. Mahmulsyah Daulay


Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah penghasil gula aren utama di Indonesia. Baru-baru ini dikabarkan bahwa luas tanaman aren di Provinsi Sumatra Utara tercatat seluas 4.400 Ha yang tersebar di berbagai kabupaten. Merujuk pada informasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal tersebut dapat memproduksi gula aren sebanyak 2.708 ton per tahun. Sementara itu, kebutuhan gula aren di Provinsi Sumatra Utara diperkirakan sebanyak 20.000 ton per tahun.  Ini mengindikasikan bahwa kebutuhan gula aren di Provinsi Sumatra Utara masih jauh dari mencukupi. Permintaan gula aren yang demikian besar di Provinsi Sumatra Utara merupakan isyarat adanya prospek yang menjanjikan untuk pengusahaan gula aren. Potensi ini semakin besar jika dikaitkan dengan peluang ekspor ke negara jiran (Malaysia dan Singapura).

Sentra Gula Aren di Sumatra Utara

Salah satu daerah yang potensial untuk usaha gula aren di Provinsi Sumatra Utara adalah daerah Tapanuli Bagian Selatan. Pada masa ini, sekitar 25 persen produksi gula aren yang beredar di Provinsi Sumatra Utara berasal dari Tapanuli Bagian Selatan. Dua kabupaten di Tapanuli Bagian Selatan yang sangat potensial sebagai lumbung gula aren dari dulu adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Bahkan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara telah mencanangkan dua kabupaten tersebut sebagai sentra pengembangan gula aren menjadi gula semut (brown sugar).   

Tapanuli Selatan Tempo Dulu : Ditengah Dinamika Pergaulan Dunia


Sekitar 13 abad yang lalu Tapanuli Bagian Selatan telah terbuka terhadap pengaruh luar.  Prasasti Kedukan Bukit (682 M) antara lain memberi petunjuk keterbukaan tersebut.  Dalam teks prasasti tersebut terdapat toponim Minanga Tamvan yang ditafsirkan oleh Prof.Dr. Slamet  bahwa,  Binanga dahulu kala berada di garis Selat Malaka di daerah  aliran Batang Barumun yang merupakan tempat penting dalam dunia perdagangan.    Pada abad tersebut Binanga adalah sebagai kota dagang di jalur perdagangan internasional Selat Malaka.  Wilayah ini menjadi daerah taklukan Sriwijaya ketika itu.

Kemudian dalam prasasti Tanjore (1030 M) juga disebutkan bahwa kawasan Tapanuli Bagian Selatan pernah menjadi ajang peperangan dengan Rajendra Cola Dewa dari India Selatan.  Bukti-bukti sejarah mengisyaratkan bahwa kawasan ini memang benar-benar pernah menjadi pusat perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama Budha dan Hindu. Beberapa bukti sampai saat ini masih dapat disaksikan berupa peninggalan barang-barang purbakala di seluruh wilayah Tapanuli Bagian Selatan, terutama di kawasan timur sepanjang  daerah aliran sungai Batang Pane, Batang Barumun, Aek Sirumambe berupa candi-candi.  Dahulu kala sungai-sungai besar seperti Batang Barumun, Batang Pane dapat dilayari dari muaranya di Selat Malaka sampai jauh masuk ke pedalaman Padang Bolak.

Kamis, 16 Februari 2012

Fa. Sibualbuali, PT. ALS (Antar Lintas Sumatera) dan CV. Sampagul dari Tapanuli Selatan: Pionir Bis Jarak Jauh (Long Distance Bus) di Indonesia



Oleh Mahmulsyah Daulay
                                                         

Sibualbuali: Pionir Lintas Sumatra dari Padang Sidempuan

Jauh sebelum Indonesia merdeka, di Tapanuli Selatan telah berdiri sebuah  perusahaan angkutan (bis) yang dinamai Fa. Sibualbuali (nama gunung di Sipirok). Perusahaan bis ini didirikan secara resmi oleh Sutan Pangurabaan Pane di Sipirok pada tanggal 1 Januari 1937. Namun sebelumnya beliau adalah pengusaha hasil-hasil bumi yang handal yang tidak hanya beroperasi di Sipirok/Padang Sidempuan tetapi juga di Kotanopan/Muara Sipongi. Uniknya, latar belakang Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang guru dan sastrawan local di Tapanuli Selatan yang dikemudian hari beliau lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal berikut: Sanusi Pane, Armijn Pane dan Lafran Pane. [Lihat: "Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Sastrawan Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan"]

Kekhususan bis Sibualbuali ini di masa-masa awal lahirnya bis jarak jauh (long distance bus) karena moda transportasi dari dan ke daerah Tapanuli Selatan hanya satu-satunya dengan jalan darat. Kota Sipirok/Padang Sidempuan yang berada di pedalaman Sumatra (utara) yang jaraknya sangat jauh dengan kota-kota besar seperti Medan, Padang dan Pekanbaru (rata-rata 12 jam pada masa kini). Berbeda dengan di daerah lain yang moda trasnportasinya sudah jauh berkembang apalagi pada moda transportasi laut dan kereta api. Hasil bumi yang melimpah di masa lalu (utamanya kopi) menjadi pemicu dan yang menjadi sumber biaya pendirian usaha-usaha jasa angkutan bis di Tapanuli Selatan. Disamping itu, masyarakat Tapanuli Selatan yang sudah lama mengecap pendidikan menumbuhkan minat para warga untuk mengarungi daerah-daerah lain yang lebih jauh.  

Bis Sibualbuali tempo doeloe (foto: panorama.com)


Penampilan bis Sibualbuali pada waktu itu sesungguhnya sangat bersahaja (lihat foto). Desain kabin bis  hanya berupa konstruksi kotak buatan ‘karoseri’ Sipirok, dengan jendela kiri kanan, penutup jendela dari kanvas tebal warna coklat tua. Namun demikian, mesin dan chasis yang digunakan bis ini nomor wahid  buatan Amerika yang di produksi oleh General Motor Company (GMC). Konon mesin GMC ini  terkenal sangat 'bandel' untuk medan yang sulit sekalipun. Dengan ruang jelajah yang sangat berat dan berbahaya apalagi  setir bis yang belum dilengkapi  powersteering sudah tentu sopir yang dibutuhkan adalah orang yang berani dan handal (baik dalam menjalankan bis maupun memperbaikinya jika terjadi kerusakan selama perjalanan khususnya pada mesin).   

Pada awal pendiriannya armada bis Sibualbuali melayani angkutan penumpang dan barang dengan tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah selatan Sumatera Utara seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung. Untuk tujuan jarak jauh bis Sibualbuali dengan tujuan utama Pematang Siantar dan Kota Medan dengan pool bis di Padang Sidempuan. Besar kemungkinan peran bis Sibualbuali ini sangat penting masa itu dalam melayani masyarakat Tapanuli Selatan bermigrasi ke Tanah Deli (Medan).

Sukses armada bis Sibualbuali setelah merdeka di seputar Sumatra Utara, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang. Kemudian disusul dengan trayek untuk Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang. Inilah salah satu bentuk adventure bis Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera.yang mampu ‘menerabas’ jalan-jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur dan jurang yang dalam di sisi-sisi jalan. Sukses Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang yang menobatkan dirinya sebagai pionir bis jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.  

Sekitar tahun 1972, penulis pernah memiliki pengalaman khusus dengan bis Sibualbuali.  Umur penulis saat itu sekitar 7 tahun. Pada tahun itu penulis dan keluarga mengantarkan dan melepas Tulang (Paman)   yang akan berangkat ke Jambi melanjutkan sekolah dengan menumpang bis Sibuabuali. Bus yang di tumpanginya saat itu persis seperti yang tertera pada gambar di atas. Dibutuhkan waktu seminggu untuk sampai ke Jambi pada masa itu.  Kesan paling mendalam dibenak penulis sampai sekarang adalah bahwa, para operator bis paham betul bahwa mereka akan melintasi medan jalan yang sangat berat.  Karena itu, bis  dilengkapi dengan alat-alat seperti; slink, kayu-kayu balok, sekop, pacul, jerigen minyak, ban serap lebih dari satu, serta alat bantu lainnya.  Alat-alat tersebut  ditempatkan di bagian belakang bis agar mudah diambil jika saatnya di butuhkan.

ALS: Raja Lintas Sumatra Pindah Markas dari Kotanopan ke Medan

Cerita sukses bis Sibualbuali menjelajahi lintas Sumatera, memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha jasa angkutan di Tapanuli Bagian Selatan.  Sejumlah nama usaha jasa angkutan bis pun mulai bermunculan untuk mengikuti jejak sukses Sibualbuali. PT. ALS adalah salah satu perusahaan yang benar-benar serius mengikuti sukses Sibualbuali. PT. ALS sendiri didirikan di Kotanopan tahun 1966. Armada bis ALS pada awalnya mengambil trayek gemuk Muara Sipongi/Kotanopan tujuan Medan yang jauh sebelumnya menjadi trayek perluasan Sibualbuali. Dalam perkembangannya, ALS semakin maju pesat dan sukses ALS seakan menggantikan sukses Sibualbuali sebelumnya. ALS pun memindahkan markasnya dari Kotanopan ke Medan dengan trayek utama Medan-Kotanopan dengan visi misi memperluas jangkauan yang sesuai dengan namanya (antar lintas Sumatra).   

Strategi bisnis ALS ini tampaknya berhasil. ALS berkembang secara geometris sementara Sibualbuali hanya tumbuh secara aritmetika. ALS pada awalnya mengikuti jalur tradisional Sibualbuali tetapi juga membuka jalur ke semua arah termasuk ke Banda Aceh, Pekan Baru dan Bengkulu. Otomatis ALS telah mencapai semua sudut-sudut tujuan akhir perjalanan bis di Sumatra. Pada puncak kesuksesan ALS ini jiwa adventure Sibualbuali mulai mengendor dan akhirnya Sibualbuali tampaknya ‘menyerah’ dan hanya menyisakan jalur untuk Padang Sidempuan-Medan dan Medan-Palembang serta Medan-Pekanbaru. ALS semakin menggila dan mampu menembus batas Sumatra hingga ke Jakarta dan bahkan Surabaya dan Denpasar (Bali).

Sampagul: Konsekuensi Persaingan Sibualbuali vs ALS

Dari sejumlah perusahaan bis skala kecil di Tapanuli Selatan, hanya Sampagul yang memiliki motivasi mengikuti sukses Sibualbuali dan ALS [nama sampagul diambil dari semboyan 'siala sampagul']. Jalur lintas Sumatra Sibualbuali telah lama berakhir dan jalur lintas Sumatra ALS semakin berkibar dan mencapai puncaknya. Pemindahan markas ALS ke Medan tidak menguntungkan letak posisi Padang Sidempuan yang berada hanya di lintasan ALS trayek Medan-Jakarta. Akibatnya penumpang dari Padang Sidempuan khususnya dan Tapanuli Selatan umumnya tidak mendapat tempat di ALS yang sudah penuh dari Medan menuju Jakarta.

Tabel-1. Perusahaan Otobis di Tapanuli Selatan
No
Nama Perusahaan Otobis
Keterangan
1
Antar Lintas Sumatera (ALS)
Masih beroperasi
2
Sampagul
Masih beroperasi
3
Mawar Selatan
Masih beroperasi
4
Barumun
Masih beroperasi
5
Lubuk Raya
Masih beroperasi
6
Subualbuali
Masih beroperasi
7
Sanggarudang
Masih beroperasi
8
Batang Pane
Masih beroperasi
9
Aek Batanggadis Sejati (ABS)
Tidak  beroperasi
10
Aek Badak Sejati (ABADAS)
Tidak  beroperasi
11
Atom
Tidak  beroperasi
12
PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan)
Tidak beroperasi
13
Adian Bania
Tidak beroperasi
14
Nabana Tour
Masih beroperasi
15
Satu Nusa
Masih beroperasi

Bagi calon penumpang untuk tujuan Jakarta, harapan terhadap Sibualbuali sirna dan mati langkah, sementara ALS justru melompat dan hanya melewati bumi Tapanuli Selatan. Pool ALS terdekat hanya ada di Medan dan Padang. Konsekuensi logisnya calon penumpang Padang Sidempuan dan sekitarnya hanya mendapat sisa tempat di bis-bis yang dari Banda Aceh dan Medan. Segmen pasar inilah yang dilirik Sampagul untuk naik kelas menjadi bis jarak jauh baik untuk menuju Medan maupun untuk menuju Jakarta.

Pada tahun 1985 bis Sampagul melakukan launching untuk jalur khusus Padang  Sidempuan-Jakarta dengan kantor pusat di Padang Sidempuan. Sambutan yang meriah datang dari warga Tapanuli Selatan dan tidak terkecuali calon penumpang yang berada di Kotanopan (markas asal ALS). Sampagul mengisi kekosongan segmen pasar penumpang di Tapanuli Bagian Selatan, yang tidak mampu dipenuhi secara tuntas oleh Sibualbuali. Mungkin ALS berterimakasih pada Sampagul karena strateginya memindahkan markas ke Medan membuat calon penumpang Tapanuli Selatan sedikit merana untuk jalur perjalanan jarak jauh. Karenanya antara Sampagul dan ALS hubungannya tetap baik-baik saja dari dulu hingga sekarang. Di jalan saling melindungi dan saling memberi jalan untuk perkembangan usaha masing-masing. Bukankah keduanya berasal dari daerah yang sama di Tapanuli Bagian Selatan. Bravo ALS, Bravo Sampagul.

***
Terlepas dari nama-nama jasa angkutan yang telah berhasil meretas jalur lintas Sumatera,  yang menjadi catatan dalam tulisan  ini adalah bahwa, betapa jiwa Adventure, jiwa pionir dan keberanian masyarakat Tapanuli Selatan sebagai pelaku usaha jasa angkutan pada 50 tahun lalu. Hal tersebut telah memberikan inspirasi bagi pelaku usaha di daerah lain di luar Tapanuli Selatan. Transportasi merupakan sarana penting dalam membantu roda perekonomian.  Suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri.  Satu daerah akan membutuhkan daerah lain.  Sebagai penghubung antar daerah dibutuhkan sarana transportasi, baik sarana jalan dan alat transportasi. Kota Padangsidempuan adalah salah satu tempat di Tapanuli Bagian Selatan yang dapat memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan transportasi di Tapanuli Bagian Selatan khususnya dan di Sumatra umumnya. Sibualbuali telah memulai dengan susah payah dan akhirnya diselesaikan dengan baik oleh ALS dan Sampagul. Inilah sebuah bentuk kontribusi daerah Tapanuli Selatan dalam dunia transportasi nasional khususnya untuk jenis angkutan bis umum di nusantara ini. 

Silahkan kunjungi: