Kamis, 23 Februari 2012

Usaha Gula Aren di Tapanuli Bagian Selatan: Perlu Pembinaan yang Intensif untuk Memenuhi Kebutuhan Gula Aren Domestik dan Ekspor


Oleh Ir. Mahmulsyah Daulay


Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah penghasil gula aren utama di Indonesia. Baru-baru ini dikabarkan bahwa luas tanaman aren di Provinsi Sumatra Utara tercatat seluas 4.400 Ha yang tersebar di berbagai kabupaten. Merujuk pada informasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal tersebut dapat memproduksi gula aren sebanyak 2.708 ton per tahun. Sementara itu, kebutuhan gula aren di Provinsi Sumatra Utara diperkirakan sebanyak 20.000 ton per tahun.  Ini mengindikasikan bahwa kebutuhan gula aren di Provinsi Sumatra Utara masih jauh dari mencukupi. Permintaan gula aren yang demikian besar di Provinsi Sumatra Utara merupakan isyarat adanya prospek yang menjanjikan untuk pengusahaan gula aren. Potensi ini semakin besar jika dikaitkan dengan peluang ekspor ke negara jiran (Malaysia dan Singapura).

Sentra Gula Aren di Sumatra Utara

Salah satu daerah yang potensial untuk usaha gula aren di Provinsi Sumatra Utara adalah daerah Tapanuli Bagian Selatan. Pada masa ini, sekitar 25 persen produksi gula aren yang beredar di Provinsi Sumatra Utara berasal dari Tapanuli Bagian Selatan. Dua kabupaten di Tapanuli Bagian Selatan yang sangat potensial sebagai lumbung gula aren dari dulu adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Bahkan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara telah mencanangkan dua kabupaten tersebut sebagai sentra pengembangan gula aren menjadi gula semut (brown sugar).   

Pada tahun 2008, potensi tanaman aren di Kabupaten Mandailing Natal terdapat seluas  575 Ha yang tersebar di 23 kecamatan. Dari luas keseluruhan, seluas 339 Ha tanaman yang menghasilkan mampu memproduksi gula aren sebanyak 589 ton per tahun. Sementara itu, terdapat seluas 101 Ha tanaman aren yang belum menghasilkan. Sedangkan tanaman yang tidak menghasilkan lagi tercatat seluas 134 Ha. Jumlah petani pengrajin gula aren dari tahun ke tahun semakin bertambah.  Pada tahun 2004 di Kabupaten Mandailing Natal, jumlah petani yang mengusahakan gula aren terdapat sebanyak 203 petani dan tahun 2008 jumlahnya bertambah menjadi 261 petani.

Keekonomian Usaha Gula Aren

Di Kabupaten Tapanuli Selatan, tepatnya di desa Paran Julu, Kecamatan Sipirok terdapat puluhan petani yang rata-rata mengusahakan 10-20 batang pohon aren. Petani gula aren di desa ini dalam sehari dapat menyadap sekitar 10-15 pohon aren yang mampu menghasilkan nira sebanyak 10-30 liter.  Dalam satu minggu dari 30-100 liter nira yang dihasilkan, seorang parragat (sebutan untuk petani gula aren) dapat menghasilkan gula aren sebanyak 10-30 Kg.

Dengan hitungan sederhana, seorang parragat yang dapat menghasilkan rata-rata 20 Kg gula aren per minggu dengan harga gula aren Rp 9.000, maka sebulan petani memperoleh penghasilan sebesar Rp 720.000. Jika usaha aren ini memperhitungkan produk sampingannnya seperti ijuk maka penghasilan dari usaha aren ini jauh lebih besar dari sekadar penghasilan dari gula aren. Sebagaimana petani aren, mereka biasanya melakukan penjualan ijuk yang di panen 2-3 kali setahun d\yang mana dalam satu pohon bisa menghasilkan  5 Kg ijuk per pohon dengan harga 2000/Kg. Sementara itu dari pohon yang sama, kolang-kaling dapat di panen dua tahun sekali, dimana satu pohon aren dapat menghasil 100 Kg/pohon dengan harga Rp 3.000/Kg.  

Nilai Tambah Usaha Gula Aren

Umumnya, para petani mengusahakan gula aren dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Sekalipun para petani masih dengan teknologi sederhana tersebut, para peneliti dari World Agroforestry Centre (ICRAF) yang pernah berkunjungan ke Desa Paran Julu Kecamatan Sipirok tahun 2008 yang lalu berkesimpulan bahwa pengusahaan gula aren oleh petani sudah memenuhi tingkat keekonomiannya. Untuk meningkatkan nilai tambah usaha gula aren ini dapat diupayakan dengan teknologi yang lebih tepat, seperti pemilihan bibit, cara memanen, teknik mengolah dan cara pengepakan yang tepat.

Namun sangat disayangkan pengembangan teknologi usaha gula aren ini belum tersosialisasikan dengan baik. Peranan pemerintah daerah melalui dinas perkebunan sangat diharapkan agar gairah usaha gula aren ini terus meningkat dan mampu memasok gula aren secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Pembinaan dan pengembangan yang terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir haruslah dijadikan sebagai strategi peningkatan prospek usaha gula aren. Yaitu, mulai dari proses pembibitan, penanaman, panen, sampai pada pasca produksi seperti pengolahan nira menjadi gula, pengembangan peralatan masak serta  strategi pemasaran. 

Prospek Usaha Gula Aren

Usaha gula aren adalah usaha yang dapat dilakukan setiap orang. Tanaman aren adalah termasuk tanaman yang tidak susah untuk dipelihara, sehingga memberikan kemudahkan bagi para petani dalam pengelolaannya. Dalam setiap satu hektar lahan dapat ditanami pohom aren sebanyak 200 batang yang pada tahun ke enam pohon  sudah dapat disadap.  Jika pohon aren yang telah bisa disadap sekitar 100 batang, maka untuk aren jenis genjah dapat  memproduksi nira sebanyak 10-15 liter per hari maka akan diperoleh nira sebanyak 1.000-1.500 liter per hari.  Sedangkan aren jenis dalam bisa menghasilkan nira sebanyak 20-30 liter per hari, maka dalam satu hektarnya dapat menghasil nira sebanyak 2.000–3.000 liter per hari.  Apabila harga nira per liter adalah Rp1.000,  maka hasil yang diperoleh  petani  dapat mencapai 1–3 juta rupiah per hari.  Jika nira tersebut diolah menjadi gula maka akan menghasilkan 200-300 Kg gula gula aren. Jika harga gula di tingkat petani sebesar Rp 9.000/Kg, maka penghasilan kotor petani gula aren berkisar antara Rp 1,8 juta dan Rp Rp 2,7 juta. 

Hasil usaha gula aren ini jelas merupakan suatu usaha yang sangat mungkin dilakukan dan sangat menjanjikan. Selain keekonomiannya cukup memadai, juga prospek pasarnya masih tak terbatas. Sekalipun penerapan teknologi dalam pertanian aren dan usaha gula aren belum  terlaksana dengan baik, tetapi hasil yang diharapkan sudah menunjukkan keuntungan. Dengan demikian, tanaman aren layak menjadi pilihan untuk terus dikembangkan menjadi  tanaman produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan petani  di Wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Sumber: Dikompilasi dari berbagai sumber)


Artikel ini sudah pernah dimuat di akhirmh.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar