Oleh Mahmulsyah Daulay
Sibualbuali: Pionir Lintas Sumatra dari Padang
Sidempuan
Jauh sebelum Indonesia merdeka, di Tapanuli Selatan telah berdiri
sebuah perusahaan angkutan (bis) yang dinamai Fa. Sibualbuali (nama
gunung di Sipirok). Perusahaan bis ini didirikan secara resmi oleh Sutan
Pangurabaan Pane di Sipirok pada tanggal 1 Januari 1937. Namun sebelumnya
beliau adalah pengusaha hasil-hasil bumi yang handal yang tidak hanya
beroperasi di Sipirok/Padang Sidempuan tetapi juga di Kotanopan/Muara Sipongi.
Uniknya, latar belakang Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang guru dan
sastrawan local di Tapanuli Selatan yang dikemudian hari beliau lebih dikenal
sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal berikut: Sanusi Pane, Armijn Pane dan
Lafran Pane. [Lihat: "Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Sastrawan
Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan"]
Kekhususan bis Sibualbuali ini di masa-masa awal lahirnya bis jarak jauh (long distance bus) karena moda transportasi dari dan ke daerah Tapanuli Selatan hanya satu-satunya dengan jalan darat. Kota Sipirok/Padang Sidempuan yang berada di pedalaman Sumatra (utara) yang jaraknya sangat jauh dengan kota-kota besar seperti Medan, Padang dan Pekanbaru (rata-rata 12 jam pada masa kini). Berbeda dengan di daerah lain yang moda trasnportasinya sudah jauh berkembang apalagi pada moda transportasi laut dan kereta api. Hasil bumi yang melimpah di masa lalu (utamanya kopi) menjadi pemicu dan yang menjadi sumber biaya pendirian usaha-usaha jasa angkutan bis di Tapanuli Selatan. Disamping itu, masyarakat Tapanuli Selatan yang sudah lama mengecap pendidikan menumbuhkan minat para warga untuk mengarungi daerah-daerah lain yang lebih jauh.
Bis Sibualbuali tempo doeloe (foto: panorama.com)
|
Penampilan bis Sibualbuali pada waktu itu sesungguhnya sangat
bersahaja (lihat foto). Desain kabin bis hanya berupa konstruksi kotak
buatan ‘karoseri’ Sipirok, dengan jendela kiri kanan, penutup jendela dari
kanvas tebal warna coklat tua. Namun demikian, mesin dan chasis yang digunakan
bis ini nomor wahid buatan Amerika yang di produksi oleh General Motor
Company (GMC). Konon mesin GMC ini terkenal sangat 'bandel' untuk medan
yang sulit sekalipun. Dengan ruang jelajah yang sangat berat dan berbahaya
apalagi setir bis yang belum dilengkapi powersteering sudah tentu
sopir yang dibutuhkan adalah orang yang berani dan handal (baik dalam
menjalankan bis maupun memperbaikinya jika terjadi kerusakan selama perjalanan
khususnya pada mesin).
Pada awal pendiriannya armada bis Sibualbuali melayani angkutan
penumpang dan barang dengan tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah
selatan Sumatera Utara seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung.
Untuk tujuan jarak jauh bis Sibualbuali dengan tujuan utama Pematang Siantar
dan Kota Medan dengan pool bis di Padang Sidempuan. Besar kemungkinan peran bis
Sibualbuali ini sangat penting masa itu dalam melayani masyarakat Tapanuli
Selatan bermigrasi ke Tanah Deli (Medan).
Sukses armada bis Sibualbuali setelah merdeka di seputar Sumatra
Utara, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan
Padang. Kemudian disusul dengan trayek untuk Muara Bungo, Sungai Penuh dan
Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang. Inilah salah satu bentuk adventure
bis Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera.yang mampu ‘menerabas’ jalan-jalan
perintis yang sempit, berbatu, berlumpur dan jurang yang dalam di sisi-sisi
jalan. Sukses Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang
yang menobatkan dirinya sebagai pionir bis jarak jauh yang mampu mengarungi
jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.
Sekitar tahun 1972, penulis pernah memiliki pengalaman khusus
dengan bis Sibualbuali. Umur penulis saat itu sekitar 7 tahun. Pada tahun
itu penulis dan keluarga mengantarkan dan melepas Tulang (Paman)
yang akan berangkat ke Jambi melanjutkan sekolah dengan menumpang bis
Sibuabuali. Bus yang di tumpanginya saat itu persis seperti yang tertera pada
gambar di atas. Dibutuhkan waktu seminggu untuk sampai ke Jambi pada masa
itu. Kesan paling mendalam dibenak penulis sampai sekarang adalah bahwa,
para operator bis paham betul bahwa mereka akan melintasi medan jalan yang
sangat berat. Karena itu, bis dilengkapi dengan alat-alat seperti;
slink, kayu-kayu balok, sekop, pacul, jerigen minyak, ban serap lebih dari
satu, serta alat bantu lainnya. Alat-alat tersebut ditempatkan di
bagian belakang bis agar mudah diambil jika saatnya di butuhkan.
ALS: Raja Lintas Sumatra Pindah Markas dari
Kotanopan ke Medan
Cerita sukses bis Sibualbuali menjelajahi lintas Sumatera,
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha jasa angkutan di
Tapanuli Bagian Selatan. Sejumlah nama usaha jasa angkutan bis pun mulai
bermunculan untuk mengikuti jejak sukses Sibualbuali. PT. ALS adalah salah satu
perusahaan yang benar-benar serius mengikuti sukses Sibualbuali. PT. ALS
sendiri didirikan di Kotanopan tahun 1966. Armada bis ALS pada awalnya
mengambil trayek gemuk Muara Sipongi/Kotanopan tujuan Medan yang jauh
sebelumnya menjadi trayek perluasan Sibualbuali. Dalam perkembangannya, ALS
semakin maju pesat dan sukses ALS seakan menggantikan sukses Sibualbuali
sebelumnya. ALS pun memindahkan markasnya dari Kotanopan ke Medan dengan trayek
utama Medan-Kotanopan dengan visi misi memperluas jangkauan yang sesuai dengan
namanya (antar lintas Sumatra).
Strategi bisnis ALS ini tampaknya berhasil. ALS berkembang secara
geometris sementara Sibualbuali hanya tumbuh secara aritmetika. ALS pada
awalnya mengikuti jalur tradisional Sibualbuali tetapi juga membuka jalur ke
semua arah termasuk ke Banda Aceh, Pekan Baru dan Bengkulu. Otomatis ALS telah
mencapai semua sudut-sudut tujuan akhir perjalanan bis di Sumatra. Pada puncak
kesuksesan ALS ini jiwa adventure Sibualbuali mulai mengendor dan akhirnya Sibualbuali
tampaknya ‘menyerah’ dan hanya menyisakan jalur untuk Padang Sidempuan-Medan
dan Medan-Palembang serta Medan-Pekanbaru. ALS semakin menggila dan mampu
menembus batas Sumatra hingga ke Jakarta dan bahkan Surabaya dan Denpasar
(Bali).
Sampagul: Konsekuensi Persaingan Sibualbuali vs
ALS
Dari sejumlah perusahaan bis skala kecil di Tapanuli Selatan,
hanya Sampagul yang memiliki motivasi mengikuti sukses Sibualbuali dan ALS
[nama sampagul diambil dari semboyan 'siala sampagul']. Jalur lintas Sumatra Sibualbuali
telah lama berakhir dan jalur lintas Sumatra ALS semakin berkibar dan mencapai
puncaknya. Pemindahan markas ALS ke Medan tidak menguntungkan letak posisi
Padang Sidempuan yang berada hanya di lintasan ALS trayek Medan-Jakarta.
Akibatnya penumpang dari Padang Sidempuan khususnya dan Tapanuli Selatan
umumnya tidak mendapat tempat di ALS yang sudah penuh dari Medan menuju
Jakarta.
Tabel-1. Perusahaan Otobis di Tapanuli Selatan
|
||
No
|
Nama Perusahaan Otobis
|
Keterangan
|
1
|
Antar Lintas Sumatera (ALS)
|
Masih beroperasi
|
2
|
Sampagul
|
Masih beroperasi
|
3
|
Mawar Selatan
|
Masih beroperasi
|
4
|
Barumun
|
Masih beroperasi
|
5
|
Lubuk Raya
|
Masih beroperasi
|
6
|
Subualbuali
|
Masih beroperasi
|
7
|
Sanggarudang
|
Masih beroperasi
|
8
|
Batang Pane
|
Masih beroperasi
|
9
|
Aek Batanggadis Sejati (ABS)
|
Tidak beroperasi
|
10
|
Aek Badak Sejati (ABADAS)
|
Tidak beroperasi
|
11
|
Atom
|
Tidak beroperasi
|
12
|
PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan)
|
Tidak beroperasi
|
13
|
Adian Bania
|
Tidak beroperasi
|
14
|
Nabana Tour
|
Masih beroperasi
|
15
|
Satu Nusa
|
Masih beroperasi
|
Bagi calon penumpang untuk tujuan Jakarta, harapan terhadap
Sibualbuali sirna dan mati langkah, sementara ALS justru melompat dan hanya
melewati bumi Tapanuli Selatan. Pool ALS terdekat hanya ada di Medan dan
Padang. Konsekuensi logisnya calon penumpang Padang Sidempuan dan sekitarnya
hanya mendapat sisa tempat di bis-bis yang dari Banda Aceh dan Medan. Segmen
pasar inilah yang dilirik Sampagul untuk naik kelas menjadi bis jarak jauh baik
untuk menuju Medan maupun untuk menuju Jakarta.
Pada tahun 1985 bis Sampagul melakukan launching untuk jalur
khusus Padang Sidempuan-Jakarta dengan kantor pusat di Padang Sidempuan.
Sambutan yang meriah datang dari warga Tapanuli Selatan dan tidak terkecuali
calon penumpang yang berada di Kotanopan (markas asal ALS). Sampagul mengisi
kekosongan segmen pasar penumpang di Tapanuli Bagian Selatan, yang tidak mampu
dipenuhi secara tuntas oleh Sibualbuali. Mungkin ALS berterimakasih pada
Sampagul karena strateginya memindahkan markas ke Medan membuat calon penumpang
Tapanuli Selatan sedikit merana untuk jalur perjalanan jarak jauh. Karenanya
antara Sampagul dan ALS hubungannya tetap baik-baik saja dari dulu hingga
sekarang. Di jalan saling melindungi dan saling memberi jalan untuk
perkembangan usaha masing-masing. Bukankah keduanya berasal dari daerah yang
sama di Tapanuli Bagian Selatan. Bravo ALS, Bravo Sampagul.
***
Terlepas dari nama-nama jasa angkutan yang telah berhasil meretas
jalur lintas Sumatera, yang menjadi catatan dalam tulisan ini
adalah bahwa, betapa jiwa Adventure, jiwa pionir dan keberanian
masyarakat Tapanuli Selatan sebagai pelaku usaha jasa angkutan pada 50 tahun
lalu. Hal tersebut telah memberikan inspirasi bagi pelaku usaha di daerah lain
di luar Tapanuli Selatan. Transportasi merupakan sarana penting dalam membantu
roda perekonomian. Suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri. Satu
daerah akan membutuhkan daerah lain. Sebagai penghubung antar daerah
dibutuhkan sarana transportasi, baik sarana jalan dan alat transportasi. Kota
Padangsidempuan adalah salah satu tempat di Tapanuli Bagian Selatan yang dapat
memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan transportasi di Tapanuli
Bagian Selatan khususnya dan di Sumatra umumnya. Sibualbuali telah memulai
dengan susah payah dan akhirnya diselesaikan dengan baik oleh ALS dan Sampagul.
Inilah sebuah bentuk kontribusi daerah Tapanuli Selatan dalam dunia transportasi
nasional khususnya untuk jenis angkutan bis umum di nusantara ini.
Silahkan kunjungi:
Silahkan kunjungi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar