Kamis, 23 Februari 2012

Industri Bahan Logam di Tapanuli Bagian Selatan: Peranan Pandai Besi Desa Sipange Kecamatan Sayur Matinggi


Industri bahan logam di Tapanuli Bagian Selatan hanya terdapat di beberapa tempat (Tabel-1). Dari total 130 unit industri bahan logam yang ada sebanyak 93 unit berada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jika diperhatikan secara spesifik, 70 unit diantaranya terkonsentrasi di  Desa Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi. Ini menunjukkan bahwa Sipange merupakan sentra industri bahan logam terpenting di Tapanuli Bagian Selatan. [Lihat juga: "Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga di Tapanuli Bagian Selatan: Dahulukan Modal atau Pasar?"]

Desa Sipange sendiri bearada di jalur lintas Sumatera, antara Kota Padang Sidempuan dan Panyabungan. Sebagai sentra industri bahan logam, keutamaan Sipange adalah  bahwa sebanyak 75 persen masyarakatnya menggeluti usaha kerajinan pandai besi untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari. Teknik pengolahan  yang ada umumnya masih bersifat tradisional. Jenis peralatan yang selama ini di produksi antara lain: parang (lading), arit (sasabi), tajak, kored (tajak baletong), cangkul (pakkur), garpu  dan lain sebagainya.  



Tabel-1. Jumlah Unit Industri Bahan Logam Menurut Kecamatan di 
Kab. Mandailing Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara,
Kab. Padang Lawas, dan Kota Padang Sidempuan
\
Kabupaten/Kecamatan
Unit industri bahan logam
Jumlah
Persen
Kab Mandailing Natal (25)
Batang Natal
1
0.8
Panyabungan
18
13.8
Panyabungan Selatan
4
3.1
Kab Tapanuli Selatan (93)
-
Sayur Matinggi
70
53.8
Angkola Selatan
4
3.1
Batang Toru
10
7.7
Sipirok
9
6.9
Kab P. Lawas Utara (4)
-
Portibi
4
3.1
Kab Padang Lawas (3)
-
Barumun
1
0.8
Sosa
1
0.8
Hutaraja Tinggi
1
0.8
Kota Padang Sidempuan (5)
-
P. Sidempuan Tenggara
1
0.8
P. Sidempuan Utara
4
3.1
Jumlah
130
100.0

Diolah dari PODES (BPS) 2008


Desa Sipange sebagai penghasil peralatan yang terbuat dari bahan logam sudah terkenal sejak lama. Saya sendiri belum menemukan informasi yang pasti sejak kapan masyarakat Sipange memiliki keahlian dan kepandaian mengolah besi menjadi berbagai jenis peralatan.  Paktanya,  keahlian sebagai pandai besi sudah dilakukan secara turun-temurun di masyarakat Sipange.

Beberapa tahun yang lalu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan telah memberikan perhatian kepada para pengrajin di Desa Sipange. Sebagai langkah nyata Pemkab Tapanuli Selatan telah menetapkan Desa Sipange sebagai pusat pengrajin pandai besi yang dilanjutkan dengan mendirikan bangunan sentra ataupun workshop dan showroom kerajinan pandai besi Sipange sekaligus dilengkapi dengan fasilitas alat–alat pengolahan besi yang menggunakan teknologi modern.

                                               Showroom kerajinan pandai besi di Sipange

Langkah berikutnya yang dilakukan adalah dengan cara terobosan pasar melalui kerjasama dengan salah satu BUMN yang bergerak di bidang perkebunan di Sumatera Utara. Kerjasama yang dijalin antara lain dalam  pengadaan alat-alat pertanian seperti arit dan parang panjang. Akan tetapi dalam perkembangannya, kerjasama tersebut kurang berjalan mulus sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena secara teknis, produksi pengarjin besi dari desa Sipange  tampaknya masih kalah bersaing dengan produk sejenis  dari Cina. 

Namun demikian, pada tahun tahun-tahun terakhir ini, informasi dari berbagai sumber menyebutkan bahwa ada kekhawatiran akan eksistensi pandai besi Sipange pada masa mendatang.  Hal ini terlihat anak-anak muda Desa Sipange sekarang ini sudah mulai enggan menjadi pandai besi. Mereka lebih tertarik pergi merantau meninggalkan desa mereka. Sementara itu, bahan baku besi yang berkualitas semakin sulit diperoleh.  Bahan baku yang tersedia pada masa ini harganya semakin mahal, sehingga harga jual hasil produksi semakin tidak kompetitif.  Kegiatan usaha pandai besi ini seolah-olah kembali jalan di tempat.

Sangat disayangkan jika sentra ini tidak terlestarikan. Sudah semestinya, upaya-upaya untuk mempertahankan eksistensi Desa Sipange ini sebagai sentra industri bahan logam perlu ditingkatkan kembali. Perhatian yang terus menerus dari berbagai pihak perlu ditingkatkan, utamanya dalam hal menyiapkan masyarakat Sipange agar bisa terus meningkatkan kualitas produknya. Ini memang bukan hal yang mudah, tetapi jelas merupakan  pekerjaan rumah yang sangat menantang utamanya bagi Pemerintah Kabupaten agar para “Mpu” yang masih ada di desa Sipange bisa terus bertahan.

***

Saya memiliki pengalaman menarik dengan produk Sipange ini. Di lingkungan tempat tinggal saya di bilangan Jakarta Timur, pemotongan hewan qurban dilaksanakan dengan cara bergotong-royong. Unruk pengadaan peralatan untuk menyembelih hewan qurban dilakukan secara mandiri. Setiap warga membawa peralatannya sendiri seperti pisau, parang (golok). kapak dan lain sebagainya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya biasanya membawa dua jenis peralatan yaitu, pisau dan parang atau golok atau lading

Pada kesempatan seperti ini,  pisau  dan lading (parang) yang saya bawa selalu diminati warga untuk memakainya. Menurut testimony mereka, pisau tersebut lebih tajam dan parangnya lebih kuat dan tidak meleot.  Mereka penasaran darimana memperoleh pisau dan parang sebagus itu.  Saya selalu katakan bahwa pisau dan parang tersebut dibuat oleh pengrajin besi di Desa Sipange. Pada saat seperti inilah selalu ingatan saya langsung menerawang jauh menembus ribuan kilometer ke Desa Sipange di Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan dan membayangkan  salah satu desa tempat para “Mpu” pandai besi yang masih eksis sampai sekarang di Tapanuli Bagian Selatan. (Mahmulsyah Daulay: Dikompilasi dari berbagai sumber).

----------
Catatan: *Desa Sipange telah dimekarkan menjadi Desa Sipange Godang dan  Desa Sipange Julu. Kecamatan Sayur Matinggi adalah pemekaran dari Kecamatan Batang Angkola.
Sumber foto: mandailing online.com
Artikel ini pernah dimuat di akhirmh.blogspot.com 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar