Industri bahan logam di Tapanuli Bagian Selatan hanya terdapat di
beberapa tempat (Tabel-1). Dari
total 130 unit industri bahan logam yang ada sebanyak 93 unit berada di
Kabupaten Tapanuli Selatan. Jika diperhatikan secara spesifik, 70 unit
diantaranya terkonsentrasi di Desa Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi. Ini
menunjukkan bahwa Sipange merupakan sentra industri bahan logam terpenting di
Tapanuli Bagian Selatan. [Lihat juga: "Industri Kecil dan Kerajinan
Rumahtangga di Tapanuli Bagian Selatan: Dahulukan Modal atau Pasar?"]
Desa Sipange sendiri bearada di jalur lintas Sumatera, antara Kota
Padang Sidempuan dan Panyabungan. Sebagai sentra industri bahan logam,
keutamaan Sipange adalah bahwa sebanyak 75 persen masyarakatnya
menggeluti usaha kerajinan pandai besi untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari.
Teknik pengolahan yang ada umumnya masih bersifat tradisional. Jenis
peralatan yang selama ini di produksi antara lain: parang (lading), arit (sasabi),
tajak, kored (tajak baletong),
cangkul (pakkur), garpu dan
lain sebagainya.
Tabel-1. Jumlah Unit
Industri Bahan Logam Menurut Kecamatan di
Kab. Mandailing Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Padang Lawas, dan Kota Padang Sidempuan
\
|
||
Kabupaten/Kecamatan
|
Unit industri bahan logam
|
|
Jumlah
|
Persen
|
|
Kab Mandailing Natal
(25)
|
||
Batang Natal
|
1
|
0.8
|
Panyabungan
|
18
|
13.8
|
Panyabungan Selatan
|
4
|
3.1
|
Kab Tapanuli Selatan
(93)
|
-
|
|
Sayur Matinggi
|
70
|
53.8
|
Angkola Selatan
|
4
|
3.1
|
Batang Toru
|
10
|
7.7
|
Sipirok
|
9
|
6.9
|
Kab P. Lawas Utara (4)
|
-
|
|
Portibi
|
4
|
3.1
|
Kab Padang Lawas (3)
|
-
|
|
Barumun
|
1
|
0.8
|
Sosa
|
1
|
0.8
|
Hutaraja Tinggi
|
1
|
0.8
|
Kota Padang Sidempuan
(5)
|
-
|
|
P. Sidempuan Tenggara
|
1
|
0.8
|
P. Sidempuan Utara
|
4
|
3.1
|
Jumlah
|
130
|
100.0
|
Diolah dari PODES
(BPS) 2008
|
Desa Sipange sebagai penghasil peralatan yang terbuat dari bahan logam sudah terkenal sejak lama. Saya sendiri belum menemukan informasi yang pasti sejak kapan masyarakat Sipange memiliki keahlian dan kepandaian mengolah besi menjadi berbagai jenis peralatan. Paktanya, keahlian sebagai pandai besi sudah dilakukan secara turun-temurun di masyarakat Sipange.
Beberapa tahun yang lalu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan
telah memberikan perhatian kepada para pengrajin di Desa Sipange. Sebagai
langkah nyata Pemkab Tapanuli Selatan telah menetapkan Desa Sipange sebagai
pusat pengrajin pandai besi yang dilanjutkan dengan mendirikan bangunan sentra
ataupun workshop dan showroom kerajinan pandai besi Sipange sekaligus
dilengkapi dengan fasilitas alat–alat pengolahan besi yang menggunakan
teknologi modern.
Showroom kerajinan pandai besi di Sipange
Langkah berikutnya yang dilakukan adalah dengan cara terobosan
pasar melalui kerjasama dengan salah satu BUMN yang bergerak di bidang
perkebunan di Sumatera Utara. Kerjasama yang dijalin antara lain dalam
pengadaan alat-alat pertanian seperti arit dan parang panjang. Akan tetapi
dalam perkembangannya, kerjasama tersebut kurang berjalan mulus sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena secara teknis, produksi pengarjin
besi dari desa Sipange tampaknya masih kalah bersaing dengan produk
sejenis dari Cina.
Namun demikian, pada tahun tahun-tahun terakhir ini, informasi
dari berbagai sumber menyebutkan bahwa ada kekhawatiran akan eksistensi pandai
besi Sipange pada masa mendatang. Hal ini terlihat anak-anak muda Desa
Sipange sekarang ini sudah mulai enggan menjadi pandai besi. Mereka lebih
tertarik pergi merantau meninggalkan desa mereka. Sementara itu, bahan baku
besi yang berkualitas semakin sulit diperoleh. Bahan baku yang tersedia
pada masa ini harganya semakin mahal, sehingga harga jual hasil produksi
semakin tidak kompetitif. Kegiatan usaha pandai besi ini seolah-olah
kembali jalan di tempat.
Sangat disayangkan jika sentra ini tidak terlestarikan. Sudah
semestinya, upaya-upaya untuk mempertahankan eksistensi Desa Sipange ini
sebagai sentra industri bahan logam perlu ditingkatkan kembali. Perhatian yang
terus menerus dari berbagai pihak perlu ditingkatkan, utamanya dalam hal
menyiapkan masyarakat Sipange agar bisa terus meningkatkan kualitas produknya.
Ini memang bukan hal yang mudah, tetapi jelas merupakan pekerjaan rumah
yang sangat menantang utamanya bagi Pemerintah Kabupaten agar para “Mpu” yang
masih ada di desa Sipange bisa terus bertahan.
***
Saya memiliki pengalaman menarik dengan produk Sipange ini. Di
lingkungan tempat tinggal saya di bilangan Jakarta Timur, pemotongan hewan
qurban dilaksanakan dengan cara bergotong-royong. Unruk pengadaan peralatan
untuk menyembelih hewan qurban dilakukan secara mandiri. Setiap warga membawa
peralatannya sendiri seperti pisau, parang (golok). kapak dan lain sebagainya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya biasanya membawa dua jenis peralatan
yaitu, pisau dan parang atau golok atau lading.
Pada kesempatan seperti ini, pisau dan lading (parang)
yang saya bawa selalu diminati warga untuk memakainya. Menurut testimony
mereka, pisau tersebut lebih tajam dan parangnya lebih kuat dan tidak meleot. Mereka penasaran darimana
memperoleh pisau dan parang sebagus itu. Saya selalu katakan bahwa pisau
dan parang tersebut dibuat oleh pengrajin besi di Desa Sipange. Pada saat
seperti inilah selalu ingatan saya langsung menerawang jauh menembus ribuan
kilometer ke Desa Sipange di Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli
Selatan dan membayangkan salah satu desa tempat para “Mpu” pandai besi
yang masih eksis sampai sekarang di Tapanuli Bagian Selatan. (Mahmulsyah Daulay: Dikompilasi dari
berbagai sumber).
----------
Catatan: *Desa Sipange telah dimekarkan menjadi Desa Sipange
Godang dan Desa Sipange Julu. Kecamatan Sayur Matinggi adalah pemekaran
dari Kecamatan Batang Angkola.
Sumber foto: mandailing online.com
Artikel ini pernah dimuat di akhirmh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar