Daerah Tapanuli Selatan dulu dikenal sebagai lumbung padi dan
penghasil beras yang penting di Sumatera Utara. Daerah-daerah yang menjadi
sentra produksi beras di masa lalu antara lain Panyabungan, Sipirok, Padang
Bolak, dan Batang Angkola. Kini, Tapanuli Bagian Selatan tampaknya mulai
lunglai untuk mencapai kejayaannya menuju swasembada beras. Namun, aneh tapi
nyata: Kota Padang Sidempuan di masa kini justru memperoleh predikat swasembada
beras ketika daerah-daerah lainnya mengalami kesulitan untuk meraihnya.
Daerah Batang Angkola
tetap menjadi harapan, terbukti Kecamatan Batang Angkola sudah mengalami
swasembada kembali. Di Kecamatan Batang Angkola terdapat 2.689 hektar sawah
yang menghasilkan 140.372 Ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan
76.818 Ton beras. Sementara jumlah penduduk Kecamatan Batang Angkola pada
tahun 2011 adalah sebanyak 40.317 jiwa. Kebutuhan beras bagi seluruh
penduduk setiap tahun sebanyak 6.673 Ton. Ini berarti pada 2011 Kecamatan
Batang Angkola terjadi surplus sebanyak 70.146 Ton atau 91,31 persen dari hasil
panen yang ada.
***
Mengapa wilayah Tapanuli Bagian Selatan layak menjadi lumbung padi
di Sumatera Utara? Paling sedikit ada tiga hal yang menjadi alasan. Pertama,
dari potensi luas lahan, dari seluruh luas lahan sawah yang terbentang di
Provinsi Sumatera Utara, Tapanuli Bagian Selatan memiliki luas
sawah yang begitu signifikan. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara, luas lahan sawah adalah 780.513 hektar yang terdiri dari lahan
sawah berpengairan 249.705 hektar dan lahan sawah tidak berpengairan seluas
485.808 hektar. Sementara luas lahan sawah berpengairan di di Tapanuli
Bagian Selatan adalah seluas 92.136 hektar.
Kedua, adalah dari segi historis. Sejak dahulu wilayah Tapanuli
Bagian Selatan telah menjadi bagian penting dalam hal pengadaan pangan
khususnya beras di Sumatera Utara. Di awal tahun 70-an lumbung-lumbung padi
masih sering di temukan di desa-desa yang letaknya dekat di samping rumah
penduduk. Bentuknya ada yang persegi seperti “rumah kecil”, atau
berbentuk melingkar. Di wilayah Batang Angkola lumbung padi sering disebut dengan
nama “rikkar”. Keberadaan lumbung-lumbung padi di desa-desa di Tapanuli Bagian
Selatan merupakan suatu bukti masa lalu bahwa daerah ini mangalami surplus
padi.
Ketiga, dari segi kultur, masyarakat di Tapanuli Bagian Selatan
sebagian besar tidak asing lagi dalam mengelola sawah. Bahkan pada masa ini,
desa-desa di Tapanuli Bagian Selatan masih didominasi keluarga pertanian (Tabel-1).
Tabel-1. Jumlah Desa Penghasilan Utama Penduduk Padi
Menurut
Kabupaten/Kota
|
||||
No
|
Kabupaten/Kota
|
Jumlah
desa
|
Jumlah desa
pengahasilan utama
penduduk padi
|
Persen
total desa
|
1
|
Kab. Mandailing Natal
|
395
|
150
|
38
|
2
|
Kab. Tapanuli Selatan
|
497
|
323
|
65
|
3
|
Kab. Pa. Lawas Utara
|
386
|
177
|
46
|
4
|
Kab. Padang Lawas
|
304
|
141
|
46
|
5
|
Kota Padang Sidempuan
|
79
|
43
|
54
|
Jumlah
|
1661
|
834
|
50
|
|
Sumber Podes 2008
|
Dengan mengacu pada tiga alasan yang disebut di atas menunjukkan
bahwa sangat rasional apabila Tapanuli Bagian Selatan adalah salah satu
derah lumbung padi di provinsi Sumatera Utara. Ini sejalan dengan kebijakan
baru Dinas Pertanian Sumater Utara yang menetapkan enam kabupaten yang menjadi
lumbung padi. Tiga di antaranya adalah Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara. Semoga.
***
Di Indonesia kebijakan ektensifikasi
dan intensifikasi melalui
Program Bimas dan Insus berhasil melejitkan produksi padi dari 21 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 1973 menjadi sekitar 40
juta ton GKG pada tahun 1984. Dengan capaian tersebut, maka pada
tahun 1985 Indonesia memperoleh penghargaan dari FAO. Setelah bebera tahun mengalami ‘paceklik’, dengan kebijakan
P2BN (bantuan benih dan pupuk, SL-PTT) yang dimulai tahun 2006 Indonesia berhasil kembali
meningkatkan
produksi dan produktivitas hingga terjadi swasembada kembali tercapai. Produksi gabah nasional 2008 mencapai lebih 60 juta ton GKG dan terdapat surplus sebanyak 5 juta ton beras.
Pada masa ini, di Sumatera Utara, hanya sebagian daerah yang
mengalami swasembada beras pada seperti Langkat, Serdang Bedagai dan Toba
Samosir. Mungkinkah Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah swasembada beras
sebagaimana daerah Panyabungan di masa lalu; Kabupaten Padang Lawas Utara dan
Kabupaten padang Lawas mendapatkan predikat swassembada sebagaimana daerah
Padang Bolak di masa lalu; Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi sawasembada
kembali sebagaimana daerah Batang Angkola dan Sipirok di masa lalu. Kita sangat
berharap (Mahmulsyah Daulay).
-------
Data Gambar-1: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultur
Kab.Tapanuli Selatan
Data Gambar-2: BPS Sumatera Utara
Sumber foto:
http://www.muaratais.com
Artikel ini sudah pernah dibuat di akhirmh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar