Oleh : Mahmulsyah Daulay
Pohon
karet itu seperti wanita. Sebelum 30 tahun, dia ramping dan subur serta
getahnya banyak. Setelah itu, batangnya gembrot dan getahnya berkurang. Pernyataan ini disampaikan Bung Karno pada
masa silam yang dikutip pada salah satu majalah pertanian di Indonesia. Pohon Karet di Tapanuli Bagian Selatan
terutama kebun karet rakyat sebagian besar kondisi telah tua...diatas 30 tahun,
sehingga produksinya jauh menurun.
Untungya, beberapa tahun terakhir, tanaman Coklat (Kakao) dapat menjadi
“tempat pelarian” masyarakat petani untuk menggantikan tanaman karet. Berdasarkan data Luas Tanam dan Produksi
Coklat Tanaman Perkebunan Rakyat pada empat kabupaten di Tapanuli Bagian
Selatan dapat dilihat ada tren peningkatan dimaksud.
Tabel.
Luas Tanam dan Produksi Coklat Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten
Kabupaten
|
2008
|
2009
|
2010
|
|||
Luas (Ha)
|
Produksi (Ton)
|
Luas (Ha)
|
Produksi (Ton)
|
Luas (Ha)
|
Produksi (Ton)
|
|
Mandailing Natal
|
326,6
|
2365,8
|
4422,4
|
2350,7
|
4551,8
|
2533,7
|
Tapanuli Selatan
|
449,1
|
1812,1
|
3518,3
|
1887,3
|
3569,5
|
1889,5
|
Padang Lawas Utara
|
673,0
|
237,9
|
714,6
|
330,9
|
714,5
|
330,9
|
Padang Lawas
|
177,5
|
40,5
|
184,6
|
42,9
|
186,5
|
47,1
|
Sumber :
BPS Provinsi Sumatera Utara
Secara
teknis, masyarakat Tapanuli Bagian Selatan tidak menemui kesulitan yang berarti
dalam bertanam Coklat. Di sisi yang lain permintaan akan komoditi ini di pasar
lokal dan regional pun bisa dibilang masih tinggi. Oleh karena itulah masyarakat banyak yang mengusahakan tanaman Coklat
ini.
Namun akhir-akhir ini usaha pengembangan kakao di
Tapanuli Bagian Selatan sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama
dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama
/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering
menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik
penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora
palmivora.
1. Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella
Buah kakao
yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang
kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji
tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika
digoyang tidak bunyi.
2. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Buah kakao
yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan
ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah
tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila
serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting
layu mengering dan meranggas.
3. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
Buah kakao
yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau
pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau
terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada
kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab
METODE PENGENDALIAN
Usaha
pengendalian hama/penyakit tersebut terutama dilakukan dengan sistem PHT
(pengendalian hama terpadu).
· Hama penggerek
buah. Pengendaliannya dilakukan dengan : (1) karantina; yaitu dengan mencegah
masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK; 2) pemangkasan bentuk
dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat
pengendalian dan panen; (3) mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen
sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan
kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam; (4) penyelubungan buah (kondomisasi),
caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan
95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis
dan tikus.; (5) cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin
(Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10
hari sekali.
· Hama helopeltis
Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada
areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 bila="bila" sedangkan="sedangkan" serangan="serangan">15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama
helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam.
Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket
dan diolesi gula. 15>
· Penyakit
busuk buah. Dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu: (1) sanitasi kebun,
dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm; (2)
kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan
pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun; (3) cara kimia,
yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll.
Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon
tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
Semoga
Informasi ini ada manfaatnya buat masyarakat petani kakao di Tapanuli Bagian
Selatan......
Sumber: Dikompilasi
dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar