Selasa, 20 November 2012

Coklat (Kakao) : Salah Satu Tanaman Primadona Masyarakat Tapanuli Bagian Selatan


Oleh : Mahmulsyah Daulay

Pohon karet itu seperti wanita. Sebelum 30 tahun, dia ramping dan subur serta getahnya banyak. Setelah itu, batangnya gembrot dan getahnya berkurang.  Pernyataan ini disampaikan Bung Karno pada masa silam yang dikutip pada salah satu majalah pertanian di Indonesia.  Pohon Karet di Tapanuli Bagian Selatan terutama kebun karet rakyat sebagian besar kondisi telah tua...diatas 30 tahun, sehingga produksinya jauh menurun.  Untungya, beberapa tahun terakhir, tanaman Coklat (Kakao) dapat menjadi “tempat pelarian” masyarakat petani untuk menggantikan tanaman karet.  Berdasarkan data Luas Tanam dan Produksi Coklat Tanaman Perkebunan Rakyat pada empat kabupaten di Tapanuli Bagian Selatan dapat dilihat ada tren peningkatan dimaksud.

Tabel. Luas Tanam dan Produksi Coklat Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten

Kabupaten

2008
2009
2010
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Mandailing Natal
326,6
2365,8
4422,4
2350,7
4551,8
2533,7
Tapanuli Selatan
449,1
1812,1
3518,3
1887,3
3569,5
1889,5
Padang Lawas Utara
673,0
237,9
714,6
330,9
714,5
330,9
Padang Lawas
177,5
40,5
184,6
42,9
186,5
47,1
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara


Secara teknis, masyarakat Tapanuli Bagian Selatan tidak menemui kesulitan yang berarti dalam bertanam Coklat. Di sisi yang lain permintaan akan komoditi ini di pasar lokal dan regional pun bisa dibilang masih tinggi.  Oleh karena itulah masyarakat    banyak yang mengusahakan tanaman Coklat ini.
Namun akhir-akhir ini usaha pengembangan kakao di Tapanuli Bagian Selatan sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora.

1. Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella
Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak bunyi.


2. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.

3. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab

METODE PENGENDALIAN
Usaha pengendalian hama/penyakit tersebut terutama dilakukan dengan sistem PHT (pengendalian hama terpadu).
· Hama penggerek buah. Pengendaliannya dilakukan dengan : (1) karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK; 2) pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen; (3) mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam; (4) penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.; (5) cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.
· Hama helopeltis Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 bila="bila" sedangkan="sedangkan" serangan="serangan">15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
· Penyakit busuk buah. Dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu: (1) sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm; (2) kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun; (3) cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
Semoga Informasi ini ada manfaatnya buat masyarakat petani kakao di Tapanuli Bagian Selatan......

Sumber: Dikompilasi dari berbagai sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar